Sekolah Megah Tapi Guru Nanggung: Mau Dididik Tembok atau Proyektor?

Sekolah-sekolah kini makin mewah. Gedung bertingkat, ruang kelas ber-AC, fasilitas canggih seperti proyektor interaktif, komputer, bahkan taman bermain seperti di luar negeri. Tapi pernahkah kita bertanya, apakah semua itu sebanding live casino dengan kualitas guru yang ada? Jangan sampai siswa datang ke sekolah megah hanya untuk mendengarkan pengajaran yang seadanya. Pendidikan sejatinya bukan soal kemewahan bangunan, tapi siapa yang berdiri di depan kelas, membimbing dan membentuk karakter mereka.

Kenyataannya, banyak sekolah yang sibuk membangun gedung tapi lupa membangun kualitas pendidik. Padahal, seorang guru punya peran krusial dalam membentuk masa depan anak. Fasilitas hanya alat bantu, tapi guru adalah motor penggeraknya. Ibarat punya mobil sport tapi supirnya belum bisa menyetir—hasilnya? Tetap jalan di tempat.

Guru Nanggung, Hasil Didikan Gantung

Ketika guru tidak diberikan pelatihan yang memadai atau tidak memiliki passion dalam mengajar, maka pembelajaran menjadi membosankan dan tidak memberi dampak nyata. Anak-anak jadi sulit paham, malas bertanya, bahkan tak tahu kenapa mereka belajar. Mereka hanya masuk sekolah demi nilai, bukan ilmu.

Sekolah megah tidak akan berarti jika guru hanya sekadar hadir tanpa semangat mendidik. Banyak dari mereka hanya terpaku pada buku teks, membaca slide, dan memberi tugas tanpa pemahaman yang dalam. Ini bukan menyalahkan semua guru, tapi menggugah sistem pendidikan agar fokus pada kualitas manusia, bukan sekadar infrastruktur.

Baca juga:

Pendidikan Menuju Kerja: Keterampilan yang Dibutuhkan untuk Sukses di Dunia Kerja

Jika pendidikan ingin menghasilkan generasi yang siap bersaing, maka investasi terbaik bukan hanya pada bangunan, melainkan pada manusia—terutama guru. Sekolah bukan hanya tempat belajar, tapi tempat anak-anak dibentuk menjadi pribadi mandiri dan berpikir kritis. Tanpa guru yang mumpuni, sekolah megah hanya menjadi museum teknologi—indah dilihat, tapi tak membentuk apa-apa.

Akhirnya, pertanyaan pentingnya: apa gunanya tembok yang menjulang jika ilmu yang diajarkan datar? Mau dididik oleh bangunan atau oleh sosok inspiratif yang paham bagaimana mendidik dengan hati?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *